Senin, 21 Mei 2012

TARI GLIPANG PENDIL


KESENIAN TARI GLIPANG PENDIL
Desa Pendil Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo

A.      DESKRIPSI SINGKAT
Tari Glipang adalah sebuah tari rakyat yang merupakan bagian dari pada kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Probolinggo yang terdapat pada daerah pendil yang biasanya masyarakat sekitar sering memberikan julukan “Glipang Pendil”. Tidak ada beda yang terlalu menonjol antara tari glipang ini dengan tari Remo yang sama merupakan sebuah tari khas asli dari daerah Jawa Timur yang merupakan bagian dari kesenian Ludruk.
Kesenian Tari Glipang lahir di desa Pendil, Kecamatan Nanyanyar (bahasa madura) atau Banyuanyar (Bahasa Jawa), yang latak geografisnya kira-kira ± 12 km di tenggara Kota Probolinggo. Lokasinya dekat dengan desa Sebaung yang berbatasan dengan Desa Pendil. Mata pencaharian penduduk atau warga setempat adalah dagang dan tani berdarah Madura dan juga pemeluk agama Islam patuh. Kesenian Glipang di Revitalisasi dan di Populerkan oleh seorang penduduk desa Pendil bernama Sari Tuno, dimaksudkan sebagai sarana hiburan tahun 1935. Parmo merupakan turunan, yakni cucu pencipta Tari Glipang Pendil ini. Tari Glipang berasal dari kebiasaan masyarakat setempat. Kebiasaan yang sudah mulai berkembang pada awal di turun-temurunkan oleh pencipta Tari Glipang tersebut. Dan  pada akhirnya bisa menjadi sebuah tradisi. Beliau menjelaskan, “Glipang bukanlah nama sebenarnya tarian tersebut” Ujarnya.
“Awal mulanya nama tari ini ialah “Gholiban” yang berasal dari Bahasa Arab yang artinya kebiasaan. Dan dimulai dari kebiasaan-kebiasaan ini yang pada akhirnya sampai saat ini sudah menjadi tradisi dan juga mulai dikembangkan.
Bapak Parmo menceritakan, Tari Glipang (Gholiban) ini dibawakan oleh kakek buyutnya yang bernama Seno atau lebih dikenal Sari Truno yang berasal dari Desa Omben Kabupaten Sampang-Madura. Kakek Buyut Sari Truno sudah membawa topeng Madura untuk diterapkan di Desa Pendil.
Dan ternyata masyarakat Desa Pendil sangat agamis. Dan wargapun menolak dengan adanya topeng Madura ini. Karena didalamnya terdapat alat musik gamelan. Sehingga kakek Sari Truno ingin merubahnya yang menjadi Raudlah yang memiliki artinya “Olahraga” Ujuarnya.
Kakek Sari Truno kemudian mulai mewariskan kebiasaan-kebiasaan ini kepada putrinya yang bernama Asia atau bisanya kerap disapa Bu Karto. Dan Bapak Parmo yang dulunya, saat itu ia masih berusia 9 tahun juga mencoba ikut untuk menekuni kebiasaan-kebiasaan yang di ajakan oleh kakek buyutnya. Tari Gholiban/Tari Glipang tersebut mempunyai 3 gerakan inti. Dan disetiap gerakan, dimana tiap-tiap gerakan tersebut mempunyai makna (arti) dan cerita (alur) pada saat diciptakan atau dibuat.
Dan menurut pendapat warga yang ada di sana, Tari Glipang ini adalah merupakan suatu jenis kesenian atau pertunjukan, yang membawakan cerita tentang lakon-lakon tertentu (pertunjukan berlakon) yang biasanya dipergelarkan semalam suntuk (biasnya sampai dini hari ceritanya belum buyar). Tema lakon dalam pertunjuakan ini ada yang bernafaskan ceritera dalam agama Islam antara lain tentang kejayaan Islam dan ceritera kehidupan masyarakat pada sehari-harinya.
Menurut Parmo yang menjadi latar belakang dirinya tetap eksis pada Tari Glipang diantaranya dia ingin melestarikan budaya yang telah dibawa oleh kakek buyutnya yakni Sari Truno. Selain itu kakeknya juga telah membawa topeng Madura tersebut dari tanah Madura yang hanya dengan lakukan dengan naik ikan Mongseng. Parmo juga ingin mengembangkan warisan kakek buyutnya ini kepada generasi muda, terutama yang ada di Kabupaten Probolinggo sendiri khususnya di Desa Pendil.
“Untuk menghormati perjuangan kakek buyut Sari Truno, saya dan keturunan saya akan tetap melestarikannya sampai kapanpun. Apalagi waktu itu kakek saya rebutan topeng tersebut dengan sesama orang Madura. Sehingga saya sampai 7 turunan tidak boleh bertemu dengan saudara dari Madura. Kakek saya juga naik ikan Mongseng dari Madura ke Jawa, sehingga 7 turunannya di haramkan untuk makan ikan Mongseng tersebut
A.      Ekspresi dan Reformasi
a.    Peralatan dan Makna Simbolik :
Alat musik yang digunakan terdiri dari
1.         Satu Jedhor, Alat ini biasa digunakan oleh orang-orang untuk ditempatkan dimajid untuk panggilan Adzan, akan tetapi tidak hanya itu fungsi dari saja alat ini digunakan untuk Bass Utama dalam penampilan tari Glipang. Dan digunakan satu Jedhor agar tidak terjadi kesalah pahaman antara pemain-pemain alat-alat musik.
2.         Dua Ketipung Besar terdiri dari ketipung lake’an tor ketipung bhine’an, Ketipung Besar digunakan untuk menyelaraskan atau menyelarasikan nada dengan bunyi Jedhor. Dan bunyi Ketipung Lake’an (dalam bahasa Madureh yang mempunyai arti Laki-Laki) bisanya bunyinya lebih “angko” atau lebih keras, sedangkan Ketipung Bhine’an (dalam bahasa Madureh yang mempunyai arti Perempuan) yang bunyinya lebih “alos” atau lembut.
3.         Tiga sampai lima Terbeng/Kecrek, terbeng layaknya seperti acara sarbe’en dan biasanya dibunyikan bersama-sama dan kompak agar mendapatkan nada bunyi yang merdu dan nikmat untuk didengar.
Alat musik hampir mirip dengan trompet, tapi bukan trompet karena pembuatan utamanya dari bambu. Digunakan untuk mengisi setiap gerakan-gerakan dalam tarian-tarian.
Tapi pada era modern saat ini kedua alat ini, baik alat pukul maupun alat tiup sudah mulai jarang digunakan jika hanya dalam pertunjukan-pertujukan kecil. Kebanyakaan masyarakat yang menampilkan tari glipang sudah menggunkan kaset rekaman yang bunyinya menyerupai bunyi tari glipang tersebut.
B.       Tampilan dan Kronologi
Makna Setiap Tampilan :
Pertama, tari olah keprajuritan atau yang biasa disebut dengan Tari Kiprah Glipang. Tari Kiprah Glipang ini menggambarkan ketidakpuasan Sari Truno kepada para penjajah Belanda. Dari rasa ketidakpuasan tersebut akhirnya menimbulkan napas besar. Tari Kiprah Glipang yang telah diciptakan oleh Sari Truno benar-benar serasi dan sejiwa dengan pribadi penciptanya. Jiwa Sari Truno yang sering bergolak melawan prajurit-prajurit Belanda pada waktu itu diekspresikan melalui bentuk tari ini. Tari Kiprah Glipang ini sudah terkenal secara Internasional dan sudah mendapatkan beberapa piagam perhargaan dan juga mendapatkan Nasional.
Kedua, Tari Papakan yang mempunyai makna bertemunya seseorang (bisa sahabat, teman maupun kekasih) setelah lama berpisah dan susah untuk bertemu. Dan pada waktu itu yang di gambarkan adalah bertemunya Anjasmara dengan Damarwulan, dimana waktu itu Damarwulan diberikan perintah untuk membunuh Minakjinggo. Dan pada akhirnya Damarwulan berhasil melakukannya, dan tentunya dengan dibantu oleh dua orang istri Minakjinggo. Tapi sebelum itu Damarwulan bertemu dengan Anjasmara, Damarwulan di hadang oleh Layang Seto dan Layang Kumitir di Daerah Besuki (Situbondo).
Ketiga, Tari Baris dalam tarian ini yang menggambarkan para prajurit Majapahit yang berbaris ingin tahu tentang daerah Jawa Timur.”Waktu itu prajurit Majapahit tersebut berbaris di daerah Jabung untuk mengetahui daerah Jawa Timur. Awalnya tari ini berawal dari badut, lawak, dan kemudian berubah menjadi cerita rakyat.
Tahap ke satu: Tari Ngremo Glipang (Tari Kiprah Glipang). Tari Kiprah ini merupakan bentuk tari yang digunakan untuk mengawali Jalanya pertunjukan kesenian tari glipang.
Tahap ke-dua: Tari Baris. Tarian ini dibawakan oleh beberapa orang penari pria, dan juga biasanya disertai dengan penampilan seorang pelawak pria.
Tahap ke-tiga: Tari Pertemuan. Tarian ini dibawakan oleh penari pria dan juga para penari wanita dalam komposisi yang berpasangan-pasangan, dan juga disertai dua pelawak pria dan juga pelawak wanita. Peragaan tarian wanita ini dibawakan oleh penari pria, dan dalam adegan ini pula kedua pelawak berdialog melucu (melawak).
Tahap ke-empat: Sandiwara (Drama). Membawakan ceritera tertentu dengan tema tertentu (bisanya disesuaikan dengan pesanan tuan rumah) pula yang bernafaskan agama Islam.
Kesenian Glipang Pendil ini tidak kecuali disajikan dalam bentuk tari dan drama (sandiwara) saja juga diiringi musik dan vokal yang mengiringi setiap gerakannya. Alat musik yang digunakan terdiri dari:
·           Alat-alat yang digunakan dalam penampilan :
Ada Dua ketipung besar, yakni lake’an dan bhine’an, ditabuh tingkah meningkah (saling mengisi). Ketimpung laki-laki (lake’an) berfungsi memimpin dan memberikan tekanan-tekanan gerak.
Satu jedhor, untuk memberikan tekanan-tekanan tertentu untuk semelehnya (konstannya) irama.
Tiga sampai lima terbang/kecrek, berfungsi mengisi lagu dengan cara memberikan suara di antara degupan.
Dan alat-alat tiup yang menyerupai terompet.
·           Lagu-lagu yang dibawakan:
Lagu Awayaro, sebagai lagu pembukaan saat menjelang penampilan dan penyajian tari kiprak Glipang.
Pantun berlagu yang temanya bebas, dan dibawakan secara bergantian pada setiap penyajian tari pertemuan.
Tari Glipang sebagai suatu kesenian pertunjukan, maka bentuk dan jenis pertunjukannya disesuaikan dengan selera masyarakat penonton atau penyelenggara pertunjukan (penanggap), misalnya tentang isi lakon dan waktu yang di kehendaki. Pada umumnya penonton menyukai penyelenggaraan dengan waktu yang lama atau semalam suntuk. Dalam penyajian demikian maka ditampilkan berulang-ulang bagian-bagian tertentu yang dianggap penting atau digemari oleh masyarakat. Pengulangan bagian-bagian tertentu seni itu dirasa memantapkan penyajian kesenian Glipang dan kenikmatan selera penonton. Akibat adanya aspek kemantapan ini, maka usaha menata seni Glipang antara lain dalam bentuk pemadatan penyajian dianggap menyalahi aturan yang berlaku dalam penyajian.

B.       NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM KESENIAN TARI GLIPANG PENDIL “Desa Pendil Kecamatan Banyanyar Kabupaten Probolinggo”
Setelah di paparkan seperti yang sudah ada diatas, maka dapat diambil beberapa nilai, mulai dari nilai-nilai :
·           Nilai Religi dan Keagamaan: dalam kesenian ini mulai dari penampilan musik yang menggunakan alat terbeng yang digunakan dalam acra keagamaan. Selain itu juga olah vokal dan nyanyian yang bernuansa islam. Tidak hanya itu saja, karena bawaan dari pencipta yang memang orang-orang agamis sehingga kental didalamnya akan unsur-unsur Religi.
·           Nilai Budaya : ini merupakan suatu hasil karya, rasa dan cipta dari penduduk pendil yang memiliki makna budaya kesenian, mulai dari musik, pakaian, gerakan, dan alat-alat musiknya yang wajib untuk dilestarikan kebudayaanya.
·           Nilai Seni : sangat jelas, karena tari glipang ini merupakan suatu karya seni dalam bidang tarian yang memiliki makna dan nilai-nilai luhur-luhur. Karena unsur seni yang terdapat dalam tari glipang ini
·           Nilai Sosial : unsur sosial yang terdapat dalam seni tari glipang meliputi segala sesuatunya pasti akan melibatkan orang banyak atau warga masyarakat yang menekankan pada nilai kepentingan umum.
·           Nilai Sejarah : kesenian tari glipang ini banyak terdapat unsur peristiwa masa lampau yang terdapat bukti dalam tiap gerakannya, mulai dari pelakonan wayang-wayang dan juga diangkat dari mitos-mitos yang ada, dan bisa pula legenda bahkan sejarah suatu lokasi ataupun tempat. Misalnya : Majapahit, dan Pertualangan Damarwulan untuk bertemu Anjasmara.
·           Nilai Persatuan : Saat ada penampilan tari glipang, yang semulanya warga susah dengan masalah-masalah pribadi, golongan ataupun negara, jika melihat tarian ini maka masyarakat akan terhibur dan inilah semangat kesatuan yang mulanya mulai goyah saat melihat tari glipang maka silaturahim akan terjalin erat kembali.
·           Nilai Kebersamaan dan Gotong Royong : kekompakan dalam penampilan tidak hanya pada pemainnya saja akan tetapi juga kebersamaan dan gotong royong dari pemain musik, vokal, penata panggung dan juga para penontonnya.
·           Nilai Keindahan : tarian glipang ini memiliki keindahan dalam musiknya, vokalnya dan juga tampilanya yang disetiap gerakanya memiliki unsur dan makna yang santu dan bermoral (budi pekerti luhur) sehingga keindahan itupun muncul.

C.      PROSPEK NILAI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
Prospek kesenian ini bagi bangsa dan negara sangatlah banyak, karena merupakan adat kebiasaan dan kulturan yang wajib dilestarikan dan dibudayakan dalam berbangsa dan bernegara, nilai-nilai untuk prospek ini ialah :
·           Prospek Nilai Religi dan Keagamaan : sesuai yang terdapat dalam pancasila yakni sila yang pertama yang bunyinya : “Ketuhanan Yang Maha Esa” bahwa negara kita adalah negara yang berkeyakinan dan berkepercayaan, dari tari glipang ini unsur lagu, alat musik dan baju juga tampilan yang mengambarkan seni nilai Religi terutama dalam agama islam, karen pencipta dan pembuat kesenian ini datang dengan membawa agama Islam.
·           Prospek Nilai Budaya : budaya merupakan karya, rasa dan cipta yang oleh bangsa dan negara selalu dijunjung tinggi dan wajib untuk dilestraikan agar keberadaanya tidak pernah punah. Dan bahkan budaya ini juga harus diperkenalkan atau diabdikan kepada generasi penerus agar tidak pernah punah dan musnah dalam zaman yang sudah mulai modern. Salah satu dari budaya ini adalah kesenian tari glipang pendil yang harus dikembangkan dengan cara mengabdikan kebudayaan ini kepada turunan asli pemilik kesenian ini maupun masyarakat yang berniat dan berkeningan untuk membudayakan juga kesenian ini.
·           Prospek Nilai Seni : tari glipang ini merupakan salah satu dari kesenian yang prospek bagi bangsa dan negara yang banyak manfaat dan fungsinya terutama dalam dunia seni, karena pandangn negara dan bangsa yang kaya akan kesenian maka bangsa dan negarapun akan semakin indah dengan keanekaragamaan hasil karya seni anak bangsa, baik dalam hal yang bersifat 2 dimensi maupun yang bersifat 2 dimensi. Dan juga bisa berbentu seperti musik, tarian, batik, tari, lukis, pahat dan kesenian-kesenian yang lain.
·           Prospek Nilai Sosial : salah satu dari nilai yang harus ditanamkan untuk masyarakat, bangsa dan negara ialah berkeinginan yang segala sesuatunya mengenai masyarakat. Dan dengan adanya nilai sosial ini, prospek dalam kehidupan bangsa dan bernegara dapat terjalin dangan adanya interaksi anatara individu dengan individu, individu dengan golongan, golongan dengan bangsa, dan golongan dengan negara dan bahkan dunia yang semuanya melakukan kerjasama yang berkeinginan untuk mencapai suatu tujuan yang sama dalam kehidupannya. Dari kesenian ini pasti banyak interaski baik secara langsung dengan pemain, maupun dengan penonton yang berinteraski dan menghasilkan suatu Nilai sosial yang baik.
·           Prospek Nilai Sejarah : jika di tinjau dari jalannya cerita dalam kesenian ini nilai sejarah banyak terjalin dan kait mengait dangan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena tari glipang ini terkadang menceritakan tentang lokasi dan bahkan tentang kehidupan peristiwa masa lalu yang pernah terjadi di bangsa dan negara khususnya di Indonesia.
·           Prospek Nilai Persatuan : dalam nilai persatuan yang ada di bangsa Indonesia yang notabene Prural dan Multikultural. Dengan adanya kesenian ini maka persatuan yang ada di Negara Indonesia akan semaik erat dengan kesenian yang memiliki unsur-unsur dan makna-makna yang baik dalam kemajuan bangsa Indonesia. Seperti halnya yang terdapat pada sila pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia” jadi bangsa dan negara ini inginkan persatuan yang beda, karena hakikatnya satu merupakan organ vital yang tidak boleh terbagikan.
·           Prospek Nilai Kebersamaan dan Gotong Royong : Gotong Royong dan Kebersamaan merupakan kultural dan kebiasaan bangsa Indonesia yang diterapkan dalam menyelesaikan suatu tugas dan permasalahan. Dan membuat yang semulanya berat akan menjadi lebih ringan karena adanya rasa Gotong Royong dan Kebersamaan. Tidak hanya pada bangsa dan negara saja, kekompakan dan gotong royong dalam tari glipang ini sangat diperlukan, karena jika tidak digunakan maka banyak terjadi salah paham dan miss komunikasi antar permain dengan permain.
·           Prospek Nilai Keindahan : Keindahan merupakan unsur yang penting dalam melakukan aktifias, terutama berbangsa dan bernegara, karena keindahan maka segala masalah yang ada di bangsa dan negara, dan tidak hanya itu saja, dan juga masyarakatnya yang biaa dapat menyaksikan keindahan tersebut. Jadi dengan adanya keindahan maka kebutuhan dari setiap individu yang menempati suatu negara dan bangsa bisa merasakan kesejukan dan ketenangan dalam jiwanya.

2 komentar: